Refleksi Pancasila Atas Meninggalnya Thom Beanal

 



Fenomena Impisit Penjemputan Jenazah Thom Beanal Pada 1 Juni Hari Lahirnya Pancasila

Oleh, Mikael H. Aud

Thom sebenarnya memberikan wasiat kepada bangsa Papua bahwa Pancasila yang isinya termuat nilai ketuhanan, moral, keadilan dan sosial merupukan kenyataan sumber hukum yang telah diperaktekan oleh Indonesia untuk menjajah orang Papua. Peritiwa wasiat ini telah nyata melalui kepergiaannya dan tiba di tanah airnya pada 1 Juni yang tepat di hari lahirnya Pancasila. Kita mungkin tidak menyadari ini, tetapi almarhum Thom bapa pejuang pembebasan Papua telah menunjukan itu secara langsung dengan beberapa fenomena implisit keberangkatan jenazahnya, dijemput dengan mengikuti suatu kenyataan ironis yang diambil alih oleh TNI serta penurunan paksa bendera bintang kejora.

 Fenomena Ilmisit Penyemputan Thom

pertama, Jenazah almarhum Thomas (Thom) Beanal diberangkatkan dari Rumah Sakit Mouth Elisabeth Singapura pada 30 Mei menggunankan pesawat yang dicarter oleh PT. Free Port yang selama ini eksploitasi sumber daya alam tanah Amungme, yang merupakan tanah adatnya Thom. Dimana Thom sendiri memperjuangkan pengugatan PT. Free Port ini dan akibatnya ia diracuni oleh Megawati Presiden kelima dan Susilombabag Presiden keenam Indonesia. Dan Thom menderita kelumpuhan ingatan selama 13 tahun (2010-2023).

 Kedua, pada akhir Thom meninggal dan dibawa pulang ke tanah airnya, West Papua, Mimika dijemput langsung oleh 600 personil TNI pada 1 Juni 2023. Seperti kata Kapolres Mimika, AKBP I Gede Putra, Sik, kepada papuaneswa, bahwa, “jadi kami libatkan 600 personil gabungan dan pihak lain untuk mengawal datangnya jenazah Alm Thom Beanal yang kabarnya akan tiba pada pukul 14: 30 WIT, di bandara Mozes Kilangin Timika”.

Ketiga, Dalam penjemputan almarhum Thom, masyarakat Amungme menyemput beliau dalam suasana pengibaran bendera bintang kejora di halaman rumah beliau. Bendera itu dengan secara paksa diturunkan oleh TNI/POLRI. Dan keempat, pada saat yang sama, 1 Juni adalah Indonesia merayakan hari lahirnya pancasila. Thom tiba di hapadapn hari lahirnya Pancasila ini. Bukan tidak mungkin Thom mengwasiatkan perjuangannya hingga meninggal adalah karena Pancasila. Dimana adanya ekspolitasi, militersime, dan hukum negara ini telah didasarakan pada Pancasila.

Kepergiaan Thom Sebagai Kenjanggalan Pancasila di Papua

 Pada tanggal yang sama, 1 Juni Indoensia memperingati hari lima sila yang di dalamnya termuat nilai ketuhanan, moral, keadilan dan sosial. Kenyataan implisitnya menunjukan dalam kepergiaan Thom ini bahwa Pancasila adalah sumber hukum yang dipakai untuk menghukum, membunuh dan eksploitasi sumber daya alam Papua. Apa alasanya?

1). Jelas bahwa, jika, Indonesia menjunjung tinggi Pancasila sebagaimana adanya dalam lima sila itu maka mereka pasti sudah menujukan sikap profesional yang meringkas tentang pemberian hak kemerdekaan dalam mukadimah pembukaan UUD 1945, “bahwa sesungguhnya kemerdekaan ialah hak segala bangsa oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”_ Lantas dasar ini juga pasti telah Indonesia akui hak kemerdekaan Papua sejak diperjuangkan oleh Thom, Theys, Agus Alua maupun para pejuang lain yang mendahului maupun saat ini. Namun nyatanya tidak. Indonesia secara ironis menjajah Papua dengan menghukum, membunuh, mengeskploitasi sumber daya alam, hingga pemusnaan gen, etnis dan budaya. Berlangsung dari tahun 1961 hingga meninggalnya Thom Beanal tahun 2023, yang tahun 2021 PT. Free Port dan Otsus telah diperpanjang dan melahirkan DOB (Daerah Otonomi Baru). Ini kenyataan sebagai sistem nekoloialisme Indonesia dengan sumber hukunya Pancasila dan militerisme yang secara masif menjaga ketat sistem ini dengan membunuh manusia Papua.

2). Jika Indonesia benar memperaktekan pancasila sebagai dasar hukum dari pada sumber adanya, yakni nilai ketuhanan, moral, keadilan, dan sosial maka pastilah Indonesia menjunjung tinggi nilai kemaunusian. Betapa tingginya martabat sebagai sesama manusia. Kebebasan beragama, kebebasan berpendandapat, kebebasan hidup, kebebasan bertanggung jawab, hingga hak menentukan nasip sendiri. Semua itu dijamin plus dengan adanya sistem demokrasi bagi jalannya Pancasila yang menjamin keutuhan negara ini. Tapi kenyataannya banyak peristiwa buruk dipragakan, khususnya di Papua. Gereja dari suatu agama harus ditutup atau tidak merayakan ibadahnya karena Ormas dan TNI yang menjadikan gereja sebagai tempat operasi militer, seperti gereja protestan yang ada Nduga dan Kwirok. Bahkan anehnya lagi pendeta pun dibunuh, misalnya Pdt. Yeremias, Pastor Nato Gobay, pastor Neles Tebay, termasuk Thom adalah pastor awam, dan masih banyak pemimpin pejuang lainnya seperti bapak Agus Alue Alua yang juga pastor awam, Theys Hiyo Eluay, Arnol C. Ap, Filep Karma, termasuk 6juta manusia Papua yang dibunuh sejak 1961 melalui berbagai operasi militer hingga saat ini tersisa 2 juta jiwa (bdk, Agus A. Papua Barat Dari Pangkuan Ke Pangkuan, 2000).

“Mungkin” keadilan sosial dan moral negara ini telah hancur. Sulit bagi orang Papua untuk mengharapkan masa depan di dalam negara ini yang secara mentah-mentah menetapkan Pancasila dengan kenyataan ideal baik 100% , tapi kenyataan realnya dipragai seperti “neo-iblisme” terhadap orang Papua. Ini nyata. Sebagaimana saat Jenazah Thom dihantar ke katedral Keuskupan Timika untuk melalukan misa requem saja dikendor oleh kekuatan TNI. Sulitkah Thom dihantar secara damai ke gereja kepada gembalanya agar bersama keluaraga yang berduka secara damai makamkan? Salahkah menjemput Thom dengan bendera bintang kejora sebagai lambang identitas bangsa Papua?

Penulis Adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura-Papua


Komentar

Harus Kena Konteks, Bukan Kena Kosong

JOKOWI HIANATI DAN SALIBKAN LUKAS ENEMBE

Perang Dunia III : NKRI dan West Papua

Edisi 5/5 Mengenang Agus A. Alua : Alter-Kristus Pejuang Papua