Seputar Universitas Katolik di Tanah Papua

 

( Selasa 22/23 Mei 2023 Fak-Fak

Oleh, Mikael H. Aud

Wacana tentang hadirnya universitas Katolik di Tanah Papua “mungkin” para agamawan Katolik sudah pernah mendiskusikannya. Persis kapan itu tentulah datanya tidak tersedia. Namun yang pasti adalah  pada tanggal 23 Mei 2023 akan diumukan secara resmi oleh para uskup seregio Papua di Fak-Fak. Sebagaimana yang dituliskan oleh sekretraris Tim Dapur Harapan (Soleman Itlay) sebagai berikut:  Para Uskup Regio Papua sudah sepakat untuk selain mengumumkan Hari Misi Katolik di Tanah Papua, agenda lain yang mereka usul adalah Launching Universitas Katolik di Tanah Papua di Fak-Fak. Nama Universitas Katolik tersebut bisa saja dijadikan Universitas Katolik Cornelis Le Cocq d’Armandville atau apa–nanti akan ada jalan keluar.

Tim Dapur Harapan

Sejak tahun 2022 awal (6 Januari) dibentuklah Tim Dapur Harapan. Tim ini konsolidasikan persoalan sejarah Katolik, terutama tanggal masuk misionaris di Tanah Papua. Karena selama bertahun-tahun gereja Katolik Papua kurang nampak untuk perayaan HUTnya. Lingkup Keuskupan mungkin dirayakan, tetapi mencakup lima keuskupan sebagai agama Katolik di Papua bahkan tidak pernah dirayakan. Itu akibat dari tidak ada penulisan sejarah secara koperhensif di satu sisi, dan di pihak lain saling mempertahangkan argumen sejarahnya masing-masing. Khususnya ditemui antara Keuskupan Agung Merauke dan Keuskupan Manokwari (terutama umat di Sekeru Fak-Fak). Maka, melalui Tim Dapur Harapan dibuatlah seminar lokakarya dengan judul “Sejarah Masuknya Gereja Katolik di Tanah Papua” selama dua hari (Senin, 21-Selasa, 22  Maret 2022) di Aula St. Ignatius Paroki Kristus Terang Dunia Waena.

Lebih lanjut, sesudah seminar Tim Dapur Harapan menghasilkan draf kasar berisi lima bab. Kerucut dari draf itu adalah penulisan sejarah secara konperhensif untuk Gereja Katolik Papua, dan berpuncak pada pengumuman tanggal masuknya di Tanah Papua. Di sela-sela berjalannya persiapan, isu gembira berkelanjutannya adalah Tim Dapur Harapan merekomendasikan kepada para uskup Papua untuk menginisiasikan Universitas Katolik Papua_hal itu pasti didirikan atas dasar jejak misionaris pertama yakni pater Cornelis Le Cocq d’ Armandvile Sj.

 

 

Pengumuman Misi Katolik di Tanah Papua

Bahan “kasar” sejarah Gereja Katolik Papua yang dihasilkan oleh Tim Dapur Harapan dibulatkanlah tanggal 22-23 Mei 1894 adalah peristiwa penting masuknya gereja Katolik di Tanah Papua. Terutama dibawa oleh misionaris Serikat Jesus (SJ) yang bernama Kornelis Lecoq d’ Armanvile di kampung Sekru, Fak-Fak (kini wilayah Keuskupan Manokwari Sorong). Pater Lecoc tiba dengan kapal di Sekru pada tanggal 22 Mei, dan tanggal 23 Mei 1894 dia membaptis 17 (sampai kemudian 70 umat yang dibaptis). Dalam perjalanan perintisan misi ke wilayah Selatan (kini Merauke), pada 27 Mei 1896, Pastor Le Cocq dilaporkan tewas di Kipia Mapa, Kokonau, Timika, Papua Tengah. Hampir 7-10 tahun mandek setelah Lecoq meninggal itu, kemudian pada tanggal 24 April 1904, kapal KPM De Valk berlabuh di dermaga sungai Merauke yang ditumpanggi Pastor Mathias Neijens MSC. Tujuan pater Matias adalah meninjau wilayah misi di Selatan.

Karena itu hematnya, menurut pertimbangan sejarah gereja dititikanlah tanggal 22 atau 23 Mei 1894 masuknya misionaris Lecoq sebagai barometer yang tepat untuk gereja Katolik masuk di Tanah Papua. Pertimbangan sejarawan tentulah tanggal 23 Mei tepatnya untuk maksud itu. Namun pertimbangan reflektif teologis ternyata itu tidak bisa “serta-merta asal kentut” alias yang penting jadi. Karena itu diserahkanlah kepada para uskup regio Papua untuk menetapkan mana tanggal yang tepat melalui bantuan Roh Kudus saat misa berlangsung di Fak-Fak nantinya. Maka jelaslah bahwa tanggal misi Katolik masuk di Papua akan ditentukan langsung oleh Allah Bapa, Allah Putera, dan Roh Kudus melalui para apostolosnya di tanah Papua.

Universitas Katolik (Cornelis Le Cocq d’ Armandvile)

Di sela-sela penggukuhan tanggal gereja Katolik masuk di Tanah Papua, diagendakan pula pendirian Universitas Katolik di Tanah Papua pada 22-23 Mei 2023. Akan diinisiasikan oleh uskup regio Papua, yakni Keuskupan Agung Merauke, Mgr. Petrus C. Mandagi, MSC; Keuskupan Jayapura, Mgr. Yanuarius T. Matopai You, Pr.; Keuskupan Manokwari Sorong, Mgr. Hilarius Datus Lega, Pr;  Keuskupan Agats-Asmat, Mgr. Aloisius Murwito, Ofm;  dan Keuskupan Timika, Administrator P. Marthen Kuayo, Pr. Tentulah ini akan menjadi peristiwa bersejarah bagi umat Katolik di Tanah Papua khususnya dan seluruh penduduk Papua umumnya. Karena itu, untuk sepakat berdirinya universitas Katolik pertama ini, mestilah usulan mengenai nama Universitasnya menjadi hangat untuk diperbincangkan lebih dahulu. Terutama sebagaimana yang dirumuskan oleh Tim Dapur Harapan (tim penulis sejarah gereja Katolik Papua), adalah Universitas Lecoq d’ Armanvile. Sangat tepat jika universitasnya diusulkan nama atas dasar seorang bersejarah yang telah membawa Kristus di Tanah Papua khususnya Katolik. Maka menurut hemat penulis perlu juga ditambahkan nama khasnya. Misalnya adalah Universitas Katolik Lecoq d’Armanvile “Satu Katolik Satu Papua”. Permenungan ini juga sudah sejak tahun 2022 dijamu dalam desain baju-baju Lecoq oleh Soleman Itlay selaku sekretaris Tim Dapur Harapan. Dan kenapa harus perlu menambahkan Satu Katolik Satu Papua, karena pertimbangan sejarah gerejanya di lain pihak-sampai dengan keberadaanya saat ini, dan di sisi lain adalah kesatuan antara gereja itu sendiri yang harus tepat solid dalam diri orang Papua. Karena jelas Gereja datang bukan di ruang kosong tetapi gereja hadir di atas konteks. Agar dengan kehadiran Universitas Katolik Lecocq d’ Armanvile “Satu Katolik Satu Papua” menjadi jiwa bagi Gereja (manusia-nya) yang Satu Katolik Satu Papua.

Penulis Adalah ( Tenaga Lepas Tim Dapur Harapan) Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi “Fajar Timur”  Abepura-Papua

Komentar

Harus Kena Konteks, Bukan Kena Kosong

JOKOWI HIANATI DAN SALIBKAN LUKAS ENEMBE

Perang Dunia III : NKRI dan West Papua

Edisi 5/5 Mengenang Agus A. Alua : Alter-Kristus Pejuang Papua