Bunga Rampai, Siapa Thom Beanal Bagi Bangsa Papua?


 

“Perjuangan Damai Harus Selalu Menjadi Pengangan” (Thom Beanal)

Oleh, Mikael H. Aud

Bunga Rampai, ini kami menyadur dari berbagai tulisan yang mewarnai kepiluahan atas kepergian Bapak Thom Beanal. Kami mengutip langsung 11 tulisan sebagai suatu jalan sejarah yang telah diperjuangkan oleh Thom bersama kawan seperjuangannya. Paling kurang akan diberikan suatu gambaran mengenai perjuangannya di jalan pembebasan bangsa Papua dari penjajahan NKRI dalam kurung waktu 1996-2006. Dan itu merupakan pandangan langsung terhadap siapa Thom Beanal bagi Bangsa Papua?. Kemudian di akhir tulisan ini akan ditutup dengan suatu saduran riwayat hidup Thom dari pengakuan orang dekat yang mengenalnya maupun tulisan dari Dr. Agus A. Alua yang adalah Sekretaris Jendral Presidium Dewan Papua.

 Selamat membaca tulisan kecil ini. Semoga jiwa peruangannya menggenangi di hari keperiannya untuk kita semua yang sedang berduka piluh. Dan agar mengingatkan kita bahwa, perjuangan yang telah dirintisnya adalah awal dari seribu langkah yang harus kita raih.

Ungkapan Dari Setiap Hati, Siapa Thom Beanal Bagi Bangsa Papua?

Markus Haluk, “Wisss Nopase Kain Kok meke…Hugurakma”

Eman Petege, “Bpk Thom Beanal meninggal dunia di Singapura hari ini pada jam 2.05PM. Semoga jiwanya diselamatkan oleh Tuhan, Sang Sumber Hidup”.

Agapitus Maturbong, “Adooo sayang Meno oo. Lama tidak ada berita tentangmu Meno amolee. Hari ini ada berita tentangmu, tapi berita duka. Sayang Meno waiii ... Amole meno”

Engkau adalah seorang sahabat bagiku. Engkau adalah seorang yg punya kepribadian kuat, kritis, jujur, tanpa mau menyerah. Sahabat, Meno amolee ...Saya tahu pergumulanmu yg panjang mewarnai hidupmu. Dengan penuh kesetiaan engkau memperjuangkan hasratmu utk menatap masa depan tanah dan bangsa Papua yg lebih adil dan bermartabat.Kekuatan dalam diri pribadimu terletak pada memperjuangkan nilai kemanusiaan yg adil dan beradab sesuai ajaran Yesus yg kau imani.

Meno ....amole ...sayang. Hari ini saya berduka”.

Anonim,“Selamat jalan Bapak Thom Beanal, tokoh terkemuka Papua dalam memperjuangkan pelanggaran HAM di komunitas Internasional. Pelanggaran HAM Papua, pertama kali di dengar oleh masyarakat Internasional ketika Thom Beanal dan Yosepha Alomang menggugat Freeport McMorran di Pengadilan New Orleans, Lousiana,, AS tahun 1996. Dan untuk pertama kalinya, orang Papua masuk the White House atas undangan makan malam first lady Hillary Clinton. Terimakasih Bapak Thom Beanal. Selamat jalan. Tuhan Yesus menyambut di Surga. Tanah Papua dan tanah Amungsa berduka”.

Elramos Jr Ptg: Amole Meno, Kau telah bawah Perjuangan Bangsa Papua dari Hutan ke dalam Kota, ke jalan, ke kampus, ke sekolah dan kemana-mana secara terbuka dan untuk umum. Karismamu telah persembahkan untuk Bangsa. Semboyangmu “kita kumpul pasir sedikit demi sedikit menjadi bukit, diatas bukitlah kita naik berdansa dengan melihat Papua dari ketinggian”. Meno perjuangan engkau telah bawah keluar ke jalan terbuka, kami masih dalam perjalanan. Doakan kami bersama para pejuang dan Martir yang mendahului. Selamat Jalan Amole Meno. RIP Kami teriring bersama di Firdaus bersama para Kudus”.

Ah Sayang Bapa Thom, seandainya saat Mubes Rakyat Papua bisikan Thom Beanal, John Mambor, Don Flassy dan Thaha Alhamid kepada Ketua Presedium Dewan Papua BP Theys Hiyo Eluay maka hari ini Tanah Papua berada dlm alam kemerdekaan. Apa bisikan Thom dkk kepada Theys saat itu ??? Thom minta dan sodorkan teks Proklamasi Kemerdekaan yang SDH disispkan oleh Sekretaris PDP Dr. Agus Alue Alua kepada Theys Eluay untuk dibacakan tetap Theys menolak dan berkata bhwa nanti kita cari waktu dan moment yg tepat pada hal itu semua diplomat Papua diluar negeri ikut hadir, Utusan Presiden Gusdur hadir dan 35 Duta besar Negara lain di Jakarta ikut hadir saat itu. Coba bayangkan seandainya Theys bacakan teks itu ditengah 7000 masa hadirin apa yang terjadi saat itu ???! Rest In Peace Tuan Thom Beanal perjuangan SDH tercatat dalam lembaran Sejarah Papua.”

Constantinopel Ruhukail, “Di bulan yang sama 20 tahun yang lalu, Wakil Ketua Presidium Papua, Thom Benal menabuh Tifa tiga kali sebagai tanda dimulainya Kongres Papua II (tahun 2000) di Gor Jayapura. Semua Orang Asli Papua sangat siap (untuk merdeka), tapi otak dan mental rasisme yang sudah berakar di hati serta darah orang Indonesia menganggap Papua masih primitive dan tidak bisa berdiri sendiri sebagai suatu bangsa merdeka. Bahkan bertubi-tubi mendidik orang Papua untuk menghianati perjuangan bangsanya sendiri. Dan jangan heran kalau ada orang-orang Papua buatan Indonesia yang menggunakan perjuangan Papua Merdeka sebagai Kasur empuk untuk “baku naik”. Karena itu, melalui kepergiangan Bapa Bangsa Papua, Thom Beanal menegur kita untuk memisahkan mental bentukan NKRI agar kita menentuka nasip sendiri.”

Angin Timur, “Theys Eluay dibunuh atas tuduhan Papua Merdeka dan penolakan Otsus. Berdiri bersamanya adalah Thom Beanal yang menjadi ketua PDP , sebelumnya wakil PDP bersama ketuanya almarhum Theys. Hal yang sama juga diperjuangkan oleh Thom yang menolak undang-undang otsus dengan katanya, kami akan mati mempertahankan posisi itu.”

Jeffrey P. Bomanak, “Selamat jalan bapa Bangsa Papua, generasi Musa, putra terbaik di balik gunung emas Tanah Amungme, Tom Beanal. Genaplah generasi Musa, dan kita generasi Joshua aka melanjutkan perjuangan bangsa Papua menuju Tanah Perjanjian Papua Baru”. (Salam duka nasional Bangsa Papua dikeluarkan dari kantor pusat perjuangan Bangsa Papua, Markas Besar OPM-TPNPB, Viktoria 29 Mey 2023)

Daniel Randongkir, “ Selamat jalan Meno Thom Beanal, Wakil Ketua Presidium Dewan Papua. Semua jerih lelah sudah engkau lalui, dasar telah diletakan, jejak telah dipijak, langkah telah ditapak. Tiada yang lebih besar daripada menguwujudkan cita-cita pembebasan. Istirahatlah dalam damai.”

Naftali Edoway, “Selamat menghadap Tuhan kita, bapak Thom Beanal. Selamat bertemu para pejuang Bangsa Papua yang telah mendahuluimu. Jasamu akan dikenang Bangsa Papua sepanjang hayat.”

Jejak Perjalanan Panjang, Thom Beanal

Jhon Nr Gobay, “Tanggalkan Jubah Pastor demi masyarakat adat Papua”

Bapak Tom Beanal merupakan lulusan Akademi teologi Katolik yang sekarang disebut STFT, beliau bersama beberapa temannya merupakan angkatan pertama dari Akademi teologi Katolik abepura.Sebelum menamatkan kuliahnya di ATK beliau sudah diangkat menjadi anggota DPRD Kabupaten Fakfak mewakili wilayah kecamatan akimuga.

Peristiwa Agimuga tahun 1977, membuat berbagai prasangka buruk dialamatkan Kepada beliau dan juga banyak curiga dan informasi-informasi yang dikembangkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab membuat beliau harus merasa tidak nyaman menjadi anggota DPRD Kabupaten Fakfak membuat Bapak Tom memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan sebagai anggota DPRD Kabupaten Fakfak.

Sebagai orang yang sekolahnya di Akademi teologi Katolik, Kemudian Bapak Tom menemui Uskup Jayapura Herman Muninghof, OFM, untuk kembali bertugas sebagai petugas gereja Katolik pada lingkungan Keuskupan Jayapura, Bapak Tom kemudian ditugaskan sebagai Pastor Paroki Hepuba, Dekenat Jayawijaya.

Selama bertugas di Dekenat Jayawijaya sebagai Pastor di Paroki Hepuba, berbagai tantangan beliau hadapi dan lembaga dinamika yang terjadi di daerah Paroki Hepuba beliau jalani sampai dengan pernah mengunjungi Saminage, Kurima, Walaik, karena Paroki Hepuba merupakan Paroki yang sangat luas, di sini juga sebagai paspor yang harus juga mengedepankan pendekatan kemanusiaan dan juga menerima Siapa saja yang datang untuk meminta pelayanan dari pastor bapak Tom pernah difitnah dan juga dilaporkan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab membuat beliau harus juga mendekam dalam tahanan di Jayawijaya.

Kondisi ini membuat Bapa Tom merasa tidak nyaman kemudian Uskup Jayapura memindahkan Bapak Tom ke Paroki abmisibil, berbagai dinamika beliau harus alami dan juga jalani di wilayah Paroki agnisibil namun di akhir dari tugasnya sebagai Pastor Paroki di Abmisibil, Beliau juga mengalami sebuah kondisi yang kurang lebih sama dengan yang dialami di Paroki Hepuba.

Usai menjadi Pastor Paroki di abmisibil Kemudian Bapak Tom diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan atau kursus pengembangan masyarakat di Filipina oleh Uskup Jayapura. Usai Mengikuti pendidikan di Filipina Uskup kemudian memberikan pilihan Apakah ingin menerima menjadi Pastor Paroki Sarmi atau menjadi Tim Pastoral di Paroki Nabire, bapa Tom kemudian memutuskan untuk menjadi tim pas pada Paroki KSK Nabire.

Pilihan Nabire, karena pertama beliau menamatkan ODO di Nabire yang kedua di Nabire banyak saudara-saudaranya baik dari Amungme, Damal, Mee, Nduga dan Moni, menjelang akhir tugas di Nabire Bapak Tom kemudian mengajak berdiskusi sejumlah orang yang beliau merasa perlu beliau diskusi antara lain Bapak Pilipus Andreas Cum Bapak Frans magal Bapak Pit Magal di sinilah kemudian mulai dipikirkan untuk membangun sebuah lembaga adat yang dapat memperjuangkan hak-hak masyarakat adat suku amungme yang ada di Timika yang hidup di sekitar pertambangan raksasa PT Freeport Indonesia.

Uskup Jayapura Herman Muninghof, OFM kemudian memindahkan Bapak Tom menjadi Pastor Paroki Mapuru Jaya. Dengan melihat langsung kondisi masyarakatnya yang ada di sekitar Mimika baik di pesisir maupun juga yang ada di pegunungan maka apa Tom langsung berniat untuk membangun sebuah lembaga adat yaitu Lemasa, sebelumnya beliau Mulai mengumpulkan kekuatan jaringan dan juga Mitra melalui sebuah yayasan yang beliau bangun sendiri yaitu Yayasan Lorentz.

Laporan ACFOA tentang kekerasan yang terjadi di sekitar tambang yaitu dibanti pada tahun 1994, membuat Bapa Tom berangkat ke Jayapura untuk menemui Uskup Jayapura memberikan penguatan kepada Uskup untuk dapat menyurat langsung kepada KWI terkait dengan kondisi yang terjadi di sekitar tambang Freeport, kemudian KWI menyurati Komnas HAM, dengan dukungan kolega-koleganya di LSM baik di dalam maupun di luar negeri baik di lokal Papua maupun di Jakarta lalu persoalan ini mengemuka di Indonesia dan menyita perhatian dari publik termasuk mahasiswa Papua melakukan demonstrasi besar-besaran di kota Jakarta pada tahun 1995.

Dari sinilah Kemudian Bapak Tom menggantungkan jubahnya tidak berkhotbah lagi di gereja dan berkhotbah dengan melakukan aksi-aksi nyata secara damai dan berwibawa untuk melawan ketidakadilan dan ketidakbenaran dan perlakuan yang tidak manusiawi terhadap masyarakat adat Papua dan khususnya masyarakat di sekitar wilayah tambang Freeport.

Persoalan ini menjadi pintu masuk untuk masyarakat amungme mungkin melakukan gugatan terhadap Freeport di pengadilan lousiana Amerika Serikat, Bp Tom hadir sendiri pada pengadilan di Lusiana Amerika Serikat, dengan pengacaranya Marten Reagen. Di sinilah babak baru masyarakat adat Papua melakukan tuntutan gugatan pada forum internasional.

Gugatan di Freeport ini oleh Bapak Tom beanal dan juga Ibu Yosepha Alomang serta masyarakat amungme melalui masa ini telah membawa sebuah suasana baru di dalam relasi antara Freeport dan juga masyarakat di sekitar Timika baik itu amungme maupun kamoro atau Mimika, ketika terjadi perpecahan antara masyarakat yang menerima satu persen dan juga menolak 1% Bapak Tom ada di posisi yang menolak 1% yang sesungguhnya ingin mempertanyakan apa sesungguhnya substansi daripada dana satu persen ini apakah ini uang apa yang itu yang ditanyakan oleh Beliau dengan sebuah pertanyaan ini dana apa dan untuk siapa dan dengan dasar apa Dana ini diberikan, ketika dana ini disetujui untuk diberikan oleh mofet pada saat itu bapak Tom Beanal masih ada di Amerika untuk melakukan gugatan terhadap Freeport Indonesia, ketika dana ini mulai dikucurkan perjalanan Bapak Tom kemudian mendapatkan sejumlah halangan yaitu antara antara lain Visa beliau untuk ke Amerika dibatasi dan beliau tidak dapat berangkat lagi ke Amerika Serikat untuk melanjutkan atau melihat kembali gugatan yang pernah dimasukkan di pengadilan, hanya satu kata yang keluar dari bibirnya yaitu ini kita bukan hanya melawan Freeport tetapi kita sedang melawan negara.

Kondisi perpecahan dalam masyarakat ini membuat Bapak Tom tidak lagi mempertahankan prinsipnya untuk terus melanjutkan gugatan tetapi akhirnya beliau harus juga dapat realistis terhadap apa yang menjadi kondisi di tengah-tengah masyarakat, kondisi ini membuat beliau mendapatkan sedikit sentilan-sentilan negatif dari kolega-koleganya di NGO, tapi satu prinsip beliau adalah bagaimana masyarakatnya dapat diperlakukan sebagai manusia, kemudian melalui pembicaraan yang panjang yang difasilitasi oleh komisi nasional hak asasi manusia terjadilah pembicaraan antara lemassa dan Freeport untuk berbagai macam kebijakan-kebijakan yang harus dibuat oleh Freeport terhadap masyarakat, struktur dana dari Freeport kepada masyarakat yang disebut satu persen yang dahulu ada terdapat 7 yayasan kemudian dilebur menjadi sebuah lembaga yaitu lpmi di sanalah Bp Tom menjadi wakil ketua dan Yopi Kilangin menjadi direktur pelaksanaannya serta Pit magal sebagai komisi pendidikannya, dari kepemimpinan inilah kemudian dibangun sebuah rumah sakit yaitu Rumah Sakit Mitra masyarakat kemudian Beasiswa bagi mahasiswa 7 suku tetapi juga mahasiswa-mahasiswa Papua yang lainnya.

Kondisi politik Indonesia berubah sekitar tahun 1997 sampai dengan 1998 membawa sebuah suasana baru di Papua yaitu munculnya gerakan aspirasi merdeka di sinilah Kemudian Bapak Tom menggabungkan dirinya ke dalam forum rekonsiliasi rakyat Papua yang kemudian pada tanggal 26 Februari 1999 bertemu dengan Presiden Republik Indonesia BJ Habibie di sini Bapak Tom sebagai ketua tim 100 menyampaikan aspirasi daripada rakyat Papua secara sopan santun berwibawa damai dan kasih, Kemudian beliau sejak itu beliau terus fokus kepada apa ya perjuangan secara diplomatis tanpa kekerasan untuk gerakan aspirasi Merdeka yang disampaikan oleh masyarakat Papua, melalui kongres Papua II di Jayapura beliau dipilih sebagai wakil ketua Presiden Dewan Papua dan Bapak Theis hiyo Eluay sebagai ketuanya. Pada tahun 2002 melalui Konfrensi Besar Masyarakat Adat Papua terpilih sebagai Ketua Dewan Adat Papua

Sebagai pengakuan dan penghormatan atas perjuangan yang dilakukan terhadap masyarakat adat di sekitar tambang PT Freeport Indonesia Presiden indonesia yang sangat populer pluralis, Gus Dur, meminta kepada pemegang saham Freeport agar Bapak Tom diangkat sebagai komisaris PT Freeport, pengangkatan menjadi komisaris Freeport ini tidak membuat beliau harus diam untuk bicara tentang apa yang menjadi aspirasi rakyat Papua tetapi Tapi beliau terus secara damai dan berwibawa berbicara dan bertemu dengan sejumlah orang untuk memperjuangkan kebenaran keadilan dan kemanusiaan di tanah Papua sampai akhirnya beliau sakit dan kemudian Tuhan memanggilnya kembali ke Taman Firdaus. Selamat jalan Bapak Tom Beanal, semua khotbah-khotbahmu Selama engkau menjadi Pastor telah engkau nyatakan selama kehidupanmu dalam karya dan pengabdianmu kepada masyarakat adat Papua

Mikael, H. Aud, “Ringksan Perjalanan Thom Beanal”

1. Kita tidak asing lagi atas kepergian Theys Hiyo Eluay yang dibunuh oleh Kopasus atas tumbal OTSUS 2001 dan meningalnya Agus Alue Alua yang diincar atas tuduhan Anatomi Separatis Papua pada tahun 2011, dan kini tahun 2023 menyusul Tom Beanal.

2. Meninggalnya Theys Eluay, Agus Alue Alua, maupun Tom Beanal adalah titik pengahabisan darah untuk perjuangan Papua Merdeka.

3. Hari ini bumi Papua telah mendegar Bapak Tom meninggal di Rumah Sakit Santa Elisabet Singapura pada pukul dua siang 29 Mei 2023.

4. Diduga bahwa bapak Thom telah lama menderita sakit setelah meninggalkan jabatannya sebagai Ketua Presedium Dewan Papua pada tahun 2002-2006 di West Papua.

Masa Pendidikan

5. Kisah Hidup lengkapnya kurang diketahui, namun menurut penjelasan dari teman baiknya bapak Piet Maturbongs dan tulisan bapak Agus Alue Alua, diketahui beberapa hal mengenai kisah perjalanan hidupnya. Yang menunjukan Tom adalah seorang pejuang Papua yang lahir dari Rahim pendidikan Katolik.

6. Bapak Piet menceritrakan bahwa, Tom Beanal adalah sahabat akrabnya sejak Kaokanao Mimika. Thom pernah studi di ODO Fak-Fak yang didirikan oleh pater Oscar Cremers Ofm pada tahun 1950, kemudian menekuni dan tamat SGB Nabire dan melanjutkan studi tingkat atasnya di SGA Biak, bersama Piet teman baiknya.

7. Setelah tamat di SGB Biak, Tom dan Piet ditugaskan sebagai guru di Wamena pada tahun 1963. Thom sendiri mengajar para Wenewolok dan Piet di SD YPPK Musatfak. Setalah empat tahun mengajar, pada tahun 1967-1968 Thom bertugas lagi sebagai guru di SD YPPK Mapia.

8. Kemudian tepat pada tahun 1969 para uskup regio Papua mendirikan Akademi Theologi Katolik ( yang sekarang STFT “Fajar Timur”) di Abepura. Akademi ini didirikan untuk para calon imam maupun awam katekis

9. Karena itu Piet dan Thom yang lama bertugas sebagai guru, dipanggil untuk melanjutkan studi di Akademi Teologi Katolik (ATK) bersama delapan mahasiswa lain-nya.

10. Mereka berdua studi dan tinggal sekamar hingga tamat pada tahun 1972. Namun perpisahaannya, Tom Beanal tidak hadir karena telah dipilih menjadi DPRD.

Pengadiannya di Jalan Perjuangan Hingga Akhir Hayat

11. Sejak terpilih DPRD tahun 1972 tersebut tidak berjalan lama. Peristiwa tahun 1977 di Akimuka membuatnya tidak nyam lagi menjalankan tugasnya sebagai politikus negara RI.

12. Karena itu ia mengundurkan diri, dan memilih untuk bergutas sebagai pastor awam sebagaimana panggilan awalnya. Maka ia melaporkan kepada Uskup Staverman Monighof Uskup Keuskupan Jayapura, untuk kembali menjadi seorang pelayan Tuhan.

13. Maka Uskup menugaskan bapak Thom sebagai pastor paroki di Hepuba dekenat Jayawijaya, kemudian kemudian bertugas lagi paroki Abimisibil Dekenat Pegbin.

14. Setelah bertugas sebagai pastor paroki di dua wilayah berbeda, Thom mendapatkan kesempatan untuk mengambil kursus kemasyerakan sosial di Pilifina. Lalu, ia pulang ke Papua dan bertugas di Nabire dan di Mimika sebagai pastor paroki Mapura Jaya Mimika.

15. Semasa menjadi pastor paroki di kampung halamannya Mimika inilah ia mengalami situasi kekerasan di Tambang PT. Free Port terhadap masyarakatnya. Antara lain kontak senjata yang mencuat dari tahun 1977 dan peralihan tanah adat yang membuat eksistensi masyarakat adat terancam.

16. Akibatnya, Thom menangalkan jubahnya sebagai pastor awam dan ia terjung bersama masyarakat Amungme untuk melakukan pengugatan PT. Free Port yang dioperasikan sejak 1967.

17. Maka Thom membentuk Lembaga Masyarakat Adat Amungme yang disingkat LEMASA. Melalui ini pertama kali Thom Beanal dan Yosepha Alomang menggugat Freeport di Pengadilan New Orleans, Lousiana, Amerika Serikat pada tahun 1996. Dokementasi gugatan itu dihasilkan buku berjudul “Amungme dan Sejarah PT Free Port pada tahun 1997.

18. Tidak lama kemudian, saat bergulirnya reformasi pada tahun 1998, Thom bergabung bersama Tim 100 Dialog Nasional Pelurusan Sejarah Integrasi Papua yang dibentuk dari FORERI pada 2 Juli. Inilah pilihan tepat untuk memperjuangkan hak masyarakat.

19. Dalam Tim 100 Dialog Nasional, Thom Beanal dipilih sebagai Ketua Tim dan Agus Alue Alua Sekretaris. Tim 100 beruding Dialog Nasional bersama Presiden Gusdur pada 26 Februari 1999 di Istana Negara Jakarta.

20. Hasilnya, Gusdur menyampaikan bahwa, pulang renungkan! Karana itu pada 23-26 Februari 2000 dibuatlah Musyawarah Besar yang diketuai oleh Theys Eluay dan Thom Beanal.

21. Melalui MUBES diagendakan dua poin utama, yakni pembentukan Presidium Dewan Papua dan pelurusan Sejarah di tingkat internasinal. Maka, dibuatlah Kongres yang diketuai oleh Agus Alue Alua pada 29 Mei sampai 3 Juni 2000.

22. Melalui Kongres, dibentuk secara resmi Presidium Dewan Papua atau PDP. Sekaligus dipilih Theys Hiyo Eluay sebagai ketua dan wakilnya Thom Beanal.

23. Namun kabar buruknya adalah tahun 2000 Gusdur dilengserkan dan Megawati menjadi presiden. Akibatnya, nasip dialog nasional menjadi tidak pasti, dan Theys Eluai dibunuh dengan solusinya adalah Otonomi Khusus tahun 2001.

24. Meski demikian, pada tahun 2002 Thom Beanal dipilih menjadi ketua Presidum Dewan Papua mengantikan They yang dibunuh pada 10 Novemer 2001. Dimasanya Thom, ia berusaha diplosai di wilayah fasifik.

25. Namun Posisi ketidakjelasan sejak Otsus hadir dan Theys dibunuh, Thom jatuh sakit. Bukan tidak mungkin, dugaannya adalah dia telah dilumpuhkan dengan senjata biologis. Karena itu sepanjang tahun ia menderita dan saat berobat di Singapur, 29 Mei 2023 ia menghebuskan nafas terakhirnya.

Penulis Adalah Mahasiswa STFT “Fajar Timur” Abepura-Papua


Komentar

Harus Kena Konteks, Bukan Kena Kosong

JOKOWI HIANATI DAN SALIBKAN LUKAS ENEMBE

Perang Dunia III : NKRI dan West Papua

Edisi 5/5 Mengenang Agus A. Alua : Alter-Kristus Pejuang Papua